Makna Menjadi Perempuan di Hari Kartini Yang Tidak Terpikirkan

FB Share

21 April menjadi hari peringatan emansipasi wanita bagi bangsa Indonesia. Apakah kalian ingat sewaktu kita duduk di bangku sekolah dasar atau taman kanak-kanak, kita selalu memperingatinya dengan menggunakan baju kebaya bagi perempuan. Apakah kamu merindukan hal ini?

Sudah banyak tulisan yang membahas sejarah, apa yang bisa dilakukan di masa kini untuk menjadi kartini, atau sosok perempuan Indonesia inspiratif.

Sudah banyak pula yang membahas sikap dan sifat Ibu Kartini. Sifatnya yang berani, tangguh, pintar, dan tak mudah menyerah. Namun dari semua literasi yang sudah pernah kamu baca, pernahkah kalian terbesit makna menjadi perempuan dari Ibu Kartini lainnya ?

Teladan dari Ibu Kartini

1. Penyeimbang Antara Keluarga dan Ambisi

“Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.” — R.A. Kartini

Tahukah kalian angka perceraian di Indonesia? Menurut data dari BPS, terjadi 1 perceraian diantara 3 pernikahan di Indonesia. Hal menunjukkan bahwa kasus perceraian di Indonesia cukup tinggi. Kita tidak bisa menyalahkan, tapi kita bisa belajar dan membuatnya lebih baik.

Ada perempuan yang memilih untuk tidak menikah demi karir atau meninggalkan keluarganya demi karir. Ada pula wanita yang memilih meninggalkan karirnya demi keluarga. Tidak ada yang salah memang tentang pilihan ini. Setiap orang punya pilihan dan sudut pandangnya masing-masing.

Teladan dari Ibu Kartini, saat menikah dia tetap menulis. Bahkan dia berkesempatan mendirikan sekolah wanita. Di sisi lain, dia sangat tunduk kepada suaminya.

Yang bisa kita pelajari dari Ibu Kartini, bahwa perempuan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan ambisi. Bagaimana kita membagi prioritas menjadi ibu dan istri dengan ambisi kita dalam porsi yang sesuai. Tanpa berat sebelah.

2. Religius

Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama? ~ R.A Kartini

Ketuhanan yang maha esa menjadi sila pertama dalam Pancasila. Sebagai dasar negara Indonesia, berarti hal ini menjadi nilai dasar bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berbangsa di Indonesia.

Hal ini pula yang dicontohkan oleh Ibu Kartini. Keteladanannya ditunjukkan bagaimana dia tidak membangkang terhadap orang tua. Bagaimana dia mencintai

dengan tulus suaminya meski bukan pilihannya. Hal sederhana yang mungkin mulai dilupakan oleh kebanyakan orang.

3. Perempuan Berhati Tulus

Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia. ~ R.A Kartini

Hal ini tercermin bagaimana dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Namun dia juga memikirkan bagaimana hak perempuan lainnya. Meskipun dia dilahirkan di keluarga ningrat, namun dia berkeinginan yang besar dengan mendirikan sekolah wanita untuk membantu perempuan Indonesia yang kala itu tertindas.

4. Rela Berkorban

Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. mereka hanya berhenti saling menyakiti. ~ R.A Kartini

Kartini dipaksa menikah ketika umurnya masih sangat muda. Dia dipaksa menikah dengan laki — laki pilihan orang tuanya, yang umurnya 25 tahun lebih tua darinya.

Pernahkah kalian terpikirkan bagaimana merelakan masa mudamu dan harus mengikuti kata orang tua. Mungkin kebanyakan orang jaman sekarang akan membangkang atau mengeluh di sosmed. Namun dari kisah Kartini ini menunjukkan bahwa Kartini adalah wanita yang rela berkorban dan anak yang teladan terhadap orang tuanya.

Satu hal yang pasti. Pikiran kita tidak boleh terpenjara. Namun, hakikat menjadi perempuan memang kadang mengharuskan kita berkorban dan menjadi penurut. penurut pada hal — hal yang benar dan penuh keteladanan.

Perjuangan Kartini Masa Kini yang Tidak Pernah Terpikirkan

Photo by Johan Mouchet on Unsplash

1. Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan paling Mulia di dunia adalah Pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Kerjanya multi disiplin ilmu, jam kerjanya tidak menentu, semuanya dilakukan tulus tanpa menggerutu, tidak digaji pun tetap setuju. Maka itulah Tuhan meletakkan Surga ditelapak kaki Ibu.

Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti hanya di rumah saja. Lihat para ibu rumah tangga yang rela menjahit, memasak, dan berjualan online melalui gadgetnya. Dia rela tetap berjaga di rumah untuk menjadi ibu dan istri seutuhnya. Namun bukan berarti rumah adalah sebuah penjara yang mengurungkan pikiran.

2. Pekerjaan di Ekonomi Bawah

Mereka yang rela bangun di tengah hari untuk berjualan sayur. Mereka yang rela menjadi ojek online. Mereka yang rela berjualan jajanan pasar di pinggir jalan.

Atau mereka yang tinggal di pedalaman. Yang rela melewati sungai untuk mengantar anak-anaknya pergi ke sekolah. Mereka juga Kartini. Bagaimana mereka menyisihkan uangnya demi Pendidikan anak-anaknya. Bagaimana mereka tetap berjuang di tengah keterbatasan untuk masa depan anaknya yang lebih baik

Saran Untuk Para Perempuan Muda

1. Menjadi Perempuan yang Bermartabat

Menjadi perempuan yang bermartabat bisa kita lakukan dengan banyak hal. Bagaimana sebagai perempuan kita bisa membawa diri. Terus belajar dan memiliki gagasan. Tidak hanya pintar bersolek, namun kita juga pintar secara pikiran, akhlak, dan budi pekerti.

2. Berjuang Demi Kebaikan

Apapun perjuanganmu, demi dirimu sendiri, keluarga atau orang lain bukan hal yang menjadi masalah. Yang terpenting adalah tujuan dari perjuanganmu. Bagaimana kita memperjuangkan nilai yang benar dan tujuan yang baik.

Meski hanya bisa mengajar anak SD di desa, jika tujuanmu adalah mencerdaskan bangsa. Itu adalah sebuah perjuangan demi kebaikan. Meski kamu harus kerja part time sebagai penjaga toko di tengah kuliahmu, jika tujuanmu ingin meringankan beban orang tua, itu sebuah perjuangan yang mulia.

3. Jangan Pernah Lupakan Hakikatmu Sebagai Perempuan

Perempuan adalah perhiasan dunia. Perempuan dikenal lebih mengutamakan perasaan daripada pikiran. Hal ini yang membuat perempuan memiliki hati selembut kain sutra. Mengutamakan kasih sayang dan pendekatan personal salah satu cara efektif yang dilakukan para pemimpin wanita dunia.

Sebut saja Ibu Menlu Retno. Bagaimana dia berdialog dengan para pekerja di luar yang mengalami masalah pelecehan dan lain sebagainya. Namun dia tidak perna melupakan hakikatnya sebagai ibu. Dimana dia selalu berpuasa ketika anak-anaknya sedang berjuang.

Kejar lah mimpimu setinggi-tingginya, namun jangan pernah lupakan hakikatmu sebagai perempuan.

Itu tadi hal yang mungkin jarang terbesit di pikiran kita, esensi betapa dalamnya makna menjadi seorang perempuan. Tidak ada yang benar dan yang salah. Kita bisa menempatkan persepsi dari sudut manapun. Selama hal ini tidak merugikan orang lain.

Lalu bagaimana denganmu? Apa yang bisa kamu maknai tentang perempuan di hari Kartini ini?

Utarakan pendapatmu, dan jangan biarkan pikiranmu sebebas burung-burung terbang di angkasa !

Penulis & Editor: Herra Dwi

Gööp - For the group you love


Makna Menjadi Perempuan di Hari Kartini Yang Tidak Terpikirkan was originally published in Gööp Kampus on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.

Artikel yang berkaitan

Get Gööp app to engage with your community now!

Google Play LinkApp Store Link