Pak Terawan Ternyata juga Bisa Ghosting, Salahkah?

FB Share
najwa shihab terawan kursi kosong
https://www.instagram.com/najwashihab/

Di kalangan anak muda, istilah ‘ghosting’ mungkin sudah familiar dan menjadi istilah baru yang sering digunakan dalam pembicaraan terkait hubungan percintaan, baik di Twitter, Instagram, maupun media sosial lainnya.

Bagi sebagian lain yang belum mengerti, istilah “ghosting” digunakan untuk menyebut perilaku menghilangnya orang secara tiba-tiba tanpa kejelasan atau sebab yang pasti. Meskipun seringkali digunakan dalam konteks hubungan dan percintaan, namun istilah ini kian marak digunakan dalam berbagai konteks pembicaraan.

Belum lama ini, publik menyoroti pembicaraan mengenai Menteri Kesehatan RI yang tidak memenuhi undangan salah satu siaran televisi, yaitu Mata Najwa. Menariknya, Najwa Shihab sebagai pembawa diskusi kemudian melemparkan pertanyaan kepada kursi kosong yang seharusnya dihadiri oleh Menteri Terawan.

Atas idenya tersebut, publik kemudian ramai memperbincangkan keberadaan menteri kesehataan ini. Jika diibaratkan dalam sebuah hubungan, Menteri Terawan seperti sedang melakukan tindakan ‘ghosting’ kepada rakyat Indonesia.

Di tengah pandemi, informasi mengenai kebijakan yang dilaksanakan oleh Kemenkes tentu sangat dibutuhkan. Keterbukaan informasi bisa jadi menjadi salah satu kunci cara mengatasi pandemi yang tak kunjung menemukan titik terang. Namun, sebagai sosok yang menjadi penanggungjawab atas kebijakan kesehatan pertama di Indonesia justru menghilang tak diketahui jejaknya.

Perilaku ‘ghosting’ ini dalam bidang apapun memang sebaiknya dihindari. Selain karena dapat membingungkan lawan dan partner kerja, perilaku ini dapat berdampak menimbulkan prasangka buruk. Dalam konteks ini, citra Terawan sudah buruk di mata publik. Apalagi, kritik mengenai kebijakan penanggulangan Covid-19 yang hingga kini terus mengalir.

Perilaku ‘ghosting’ selain dalam konteks hubungan percintaan sebenarnya sering terjadi. Misalnya saja dalam konteks organisasi atau kepanitiaan. Seringkali salah seorang anggotanya hilang tanpa kabar dan menimbulkan banyak persepsi buruk mengalir.

Jika dalam lingkup kecil saja perilaku ini bisa menimbulkan permasalahan, tentu dalam lingkup yang lebih besar juga demikian. Lalu, apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh Terawan selaku Kemenkes RI agar tidak lagi mendapatkan banyak kritik dari publik?

Pertama, muncul di muka publik dengan serentetan informasi yang publik inginkan. Dalam kasus penanggulangan Covid-19 misalnya, banyak informasi yang hanya menyajikan permasalahan demi permasalahan tanpa menunjukkan apa langkah pasti yang dilakukan pemerintah.

Untuk itu, sebagai Menteri Kesehatan, informasi tersebut sekiranya dapat membantu mengontrol kasus Covid-19 yang kian meresahkan.

Kedua, apabila memberikan informasi kepada publik mungkin memang dianggap bukan ranahnya, maka aksi nyatalah yang bisa dilakukan. Dalam keadaan pandemi seperti ini, jangankan kementerian kesehatan, seluruh lini pemerintahan pusat hingga daerah memfokuskan kebijakan dengan adanya Covid-19.

Untuk itu, apabila memang Terawan sebagai Menteri Kesehatan tidak mampu unjuk muka di depan publik karena sibuk dalam penanganan ini, tunjukkan bahwa aksi tersebut benar benar nyata.

Beberapa hal di atas mungkin dapat menyadarkan kita bahwa perilaku ‘ghosting’ dan semacamnya bukanlah solusi atas permasalahan. Keberadaan individu sangat penting untuk menunjukkan apa langkah penanganan masalah yang dapat dilakukan.

Gööp - For the group you love

Penulis : Nafi Khoiriyah

Editor : Aneq Oktina


Pak Terawan Ternyata juga Bisa Ghosting, Salahkah? was originally published in Gööp Kampus on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.

Artikel yang berkaitan

Get Gööp app to engage with your community now!

Google Play LinkApp Store Link