Opini, Di Balik Demonstrasi Mahasiswa

FB Share

Duduk di bangku kuliah dan menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi para pemuda. Menjadi mahasiswa berarti mereka termasuk dalam golongan orang-orang intelektual yang dianggap mampu mengkritisi berbagai hal, termasuk kebijakan pemerintah. Menjadi mahasiswa berarti mereka merasa memiliki kekuatan untuk bersikap dan berpihak.

Saat menjadi mahasiswa juga dianggap merupakan saat yang tepat untuk melakukan berbagai hal dengan keberanian dan tanpa rasa takut. Maka dari itu, banyak aksi protes dari mahasiswa terhadap hal-hal yang dianggap salah oleh mahasiswa terhadap pembuat kebijakan. Aksi tersebut bermacam-macam bentuknya, mulai dari membuat tulisan berisi protes atau kritik di berbagai media, hingga demonstrasi yang melibatkan banyak orang.

Demonstrasi mahasiswa memang sudah menjadi legenda negeri ini sejak runtuhnya pemerintahan Soeharto dan bangkitnya Reformasi 1998. Penentangan terhadap rezim Soeharto dan pilar-pilar kekuasaannya yang sudah sangat lama akhirnya dapat digulingkan dengan kekuatan mahasiswa.

Meskipun demikian, kita juga tidak boleh melupakan tragedi trisakti yang menewaskan sejumlah mahasiswa setelah rentetan panjang aksi demonstrasi itu. Artinya, meskipun berbuah sangat baik, tetap ada risiko yang menghadang saat demonstrasi dijalankan. Namun, sejarah itu seolah melekat hingga kini sehingga mahasiswa merasa memiliki beban moral untuk bersikap terhadap kebijakan-kebijakan yang salah.

Aksi demonstrasi yang sudah berkali-kali digelar bukanlah aksi gegabah mahasiswa yang hanya ingin berkerumun di jalan untuk meneriakkan sesuatu. Mereka memutuskan untuk menggelar demonstrasi dengan berbagai pertimbangan dan kajian yang matang.

Diskusi demi diskusi, pertemuan demi pertemuan digelar untuk mengkaji permasalahan. Setelah itu, akan ditentukan sikap yang akan diambil dari hasil diskusi dengan berbagai pihak.

Jika diputuskan akan melaksanakan demonstrasi, maka para pionir tersebut akan membuat alur demonstrasi agar demonstrasi dapat berjalan baik, tuntutan dapat disampaikan, dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Akhir-akhir ini, demonstrasi terjadi karena ketidakpuasan masyarakat dengan RUU KPK dan Omnibus Law dengan dengungan #GejayanMemanggil. Di Yogyakarta, kedua aksi demonstrasi tersebut berjalan dengan damai dan lancar sehingga banyak dukungan dari berbagai pihak. Pelaksanaan demonstrasi tersebut berjalan damai karena mahasiswa sudah membuat rancangan secara matang teknis lapangan saat demonstrasi.

Pihak-pihak yang turut terjun dalam demonstrasi juga saling berdiskusi mengenai jalannya demonstrasi sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Masyarakat sekitar gejayan yang menyaksikan juga memberikan dukungan berupa makanan dan minuman. Bahkan bagi beberapa pihak, aksi demonstrasi justru menjadi saat yang tepat untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Berkebalikan dengan aksi demonstrasi damai yang terjadi di Yogyakarta, di beberapa daerah demonstrasi banyak yang berujung pada kerusuhan. Hal itu sungguh disayangkan. Demonstrasi yang semestinya dapat menjadi tempat menyalurkan aspirasi rakyat kepada pemerintah, justru menjadi tempat yang membahayakan. Tuntutan-tuntutan yang ingin dipenuhi justru tidak tersampaikan. Hal ini tentu menjadi evaluasi bagi berbagai pihak.

Tidak dapat dipungkiri, pasti ada pihak-pihak provokator yang bisa menimbulkan kericuhan. Inilah mengapa setiap demonstrasi perlu ada kajian teknis yang matang serta alur yang terencana.

Dari semua paparan di atas, semoga dapat membukakan mata banyak pihak tentang demonstrasi mahasiswa. Bahwa demonstrasi bukanlah hal yang selalu mengerikan dan bahwa demonstrasi bukanlah aksi tanpa alasan. Mahasiswa juga merupakan wakil rakyat yang berhak untuk mengkritisi kebijakan pemerintahnya.

Di masa depan, mahasiswa juga dapat menjadi masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Untuk itu, penting bagi kita untuk selalu terbuka pada kritik dan tentu menerimanya dengan sikap yang bijak. Hidup perjuangan mahasiswa!

Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuangan generasi mendatang lebih sulit karena melawan bangsa sendiri yang jadi pengkhianat (antek asing, perampok bangsa / rakyat sendiri)
- Bung Karno

Utarakan pendapatmu dan bertukar pikiran untuk bangsa yang lebih maju bersama gööp chat.

Gööp - For the group you love

Artikel yang berkaitan

Get Gööp app to engage with your community now!

Google Play LinkApp Store Link